ANALISIS PUISI MELALUI PENDEKATAN M.H. ABRAMS PADA PUISI “SALAM MANIS PAGI HARI”
DAN “OBSESI HATI”
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kajian dan Apresiasi Puisi
Pengampu: Drs. Yant Mujiyanto, M. Pd.
![]() |
Oleh:
ANNISA AINI
(K1208002)
PROGRAM PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
PUISI I
SALAM MANIS PAGI HARI
Suksmawan Yant Mujiyanto
Matahari senantiasa menepati janjinya
Seiring kehadiran fajar putih
Adalah awal perjalanan kasih
Di alam terbuka, burung-burung menembang riang, daun-daun bergetaran
Menyampaikan salamnya kepada langit
Yang bertabur warna-warna menawan
Selamat pagi oh langit, selamat pagi bunga-bunga dan hatiku
Puji syukur yang mendalam semata
Kupanjatkan untuk-Mu ya Tuhanku
Atas limpahan samudra kasih, anugerah mutiara elok syahdu
Tak kunjung henti Engkau rawat kehidupan ini
Dengan cahaya cinta dan rasa sayang yang sabar
Hingga suksmaku pun bergetar
Terbang melayang menikmati manik-manik permata hati
Di jauhan, kudengar derai cemara dan senandung rumput-rumput
Serta nyanyi air kali gemericik jernih
Membangunkan dusun-dusun di kaki gunung berselimut kabut
Untuk bersujud kepada-Mu
Selamat pagi bukit biru, kataku, dan ia pun
Mengucapkan selamat paginya kepadaku
Dengan senyum yang biru
Ladang-ladang bermekaran menyambut ramah kasih-Mu
Laut pun melantunkan derainya memeluk mesra sayang-Mu
ANALISIS PUISI MELALUI PENDEKATAN M.H. ABRAMS
I. PENDEKATAN OBJEKTIF
Faktor Intrinsik: Struktur Lahir dan Batin Puisi
1. Tipografi
Puisi di atas memiliki tipografi yang teratur dengan baris dan bait yang tidak sama karena katanya disusun tidak secara acak meskipun rima, baris tiap bait tidak sama
2. Kata- kata konkret dan Diksi
Kata yang digunakan dalam puisi di atas cukup sederhana dan mudah dipahami. Namun ada beberapa diksi yang terdapat di dalam puisi di atas dan itu bertujuan untuk memberikan rasa indah pada puisi tersebut. Hal ini ditunjukkan pada.
Bait kedua:
Hingga suksmaku pun bergetar
Terbang melayang menikmati manik-manik permata hati
Di jauhan, kudengar derai cemara dan senandung rumput-rumput
Serta nyanyi air kali gemericik jernih
Membangunkan dusun-dusun di kaki gunung berselimut kabut
Untuk bersujud kepada-Mu
Bait ketiga:
Ladang-ladang bermekaran menyambut ramah kasih-Mu
Laut pun melantunkan derainya memeluk mesra sayang-Mu
3. Bahasa Figuratif (Bahasa Kiasan dan Bahasa Retorik)
a. Bahasa Kiasan
o Metafora:
o Perbandingan: tidak terdapat majas perbandingan
o Personifikasi
- burung-burung menembang riang
daun-daun bergetaran
- senandung rumput-rumput
- Selamat pagi bukit biru, kataku, dan ia pun
Mengucapkan selamat paginya kepadaku
- Serta nyanyi air kali gemericik jernih, Membangunkan dusun-dusun
o Metonomia: tidak ada.
o Sinekdok
- Hingga suksmaku pun bergetar (menggambarakan diri penulis seutuhnya)
b. Bahasa Retorik
o Repetisi
- Selamat pagi oh langit, selamat pagi bunga-bunga dan hatiku
o Hiperbola:
- Atas limpahan samudra kasih, anugerah mutiara elok syahdu
- Dengan senyum yang biru
4. Verifikasi: Rima, Ritme, dan Metrum
SALAM MANIS PAGI HARI
Matahari senantiasa menepati janjinya
Seiring kehadiran fajar putih
Adalah awal perjalanan kasih
Di alam terbuka, burung-burung menembang riang, daun-daun bergetaran
Menyampaikan salamnya kepada langit
Yang bertabur warna-warna menawan
Selamat pagi oh langit, selamat pagi bunga-bunga dan hatiku
Puji syukur yang mendalam semata
Kupanjatkan untuk-Mu ya Tuhanku
Atas limpahan samudra kasih, anugerah mutiara elok syahdu
Tak kunjung henti Engkau rawat kehidupan ini
Dengan cahaya cinta dan rasa sayang yang sabar
Hingga suksmaku pun bergetar
Terbang melayang menikmati manik-manik permata hati
Di jauhan, kudengar derai cemara dan senandung rumput-rumput
Serta nyanyi air kali gemericik jernih
Membangunkan dusun-dusun di kaki gunung berselimut kabut
Untuk bersujud kepada-Mu
Selamat pagi bukit biru, kataku, dan ia pun
Mengucapkan selamat paginya kepadaku
Dengan senyum yang biru
Ladang-ladang bermekaran menyambut ramah kasih-Mu
Laut pun melantunkan derainya memeluk mesra sayang-Mu
Keterangan:
a. Tulisan yang digarisbawahi adalah kata yang mengandung rima.
b. Tulisan yang dicetak tebal adalah kata yang mengandung ritme.
c. Tulisan yang dicetak miring adalah kata yang mengandung metrum.
5. Imajeri
a. Penglihatan:
- Seiring kehadiran fajar putih
- Daun-daun bergetaran menyampaikan salamnya kepada langit
- Yang bertabur warna-warna menawan
- Dengan senyum biru
- Ladang-ladang bermekaran menyambut ramah kasih-Mu
b. Pendengaran:
- Burung-burung menembang riang
- Kudengar derai cemara dan senandung rumput-rumput
- Serta nyanyi air kali gemericik jernih
- Laut pun melantunkan derainya memeluk mesra sayang-Mu
c. Perasaan:
- Puji syukur yang mendalam
- Dengan cahaya cinta dan rasa sayang yang sabar
- Menyambut ramah kasih-Mu
- dll
6. Perasaan (feeling) Tema, dan Amanat
a. Perasaan:
Di dalam puisi ini, menggambarkan perasaan peyair yang sangat bersyukur dengan anugerah yang diberikan Tuhan padanya, terlihat bagaimana penyair menggunakan kata-kata yang sederhana tapi indah untuk menggambarkan keindahan yang diberikan Tuhan padanya di dunia ini.
b. Tema: tema puisi ini adalah rasa Cinta kepada Tuhan YME yang ditunjukkan dengan cara selalu bersyukur.
c. Amanat:
- Hendaknya kita selalu bersyukur dengan apa yang diberikan Tuhan pada kita.
- Dengan bersyukur, segala sesuatu akan terasa indah.
- Jika kita ingin merasakan Tuhan itu ada, maka lihatlah di sekeliling kita, baik itu tanaman, laut, sawah, dan semuanya adalah kebesaran Tuhan.
- Dengan bersyukur, maka Tuhan akan selalu sayang pada kita.
II. PENDEKATAN MIMETIK
Pendekatan mimetik adalah pendekatan kajian sastra yang menitik beratkan kajianya terhadap hubungan karya sastra dengan kenyataan di luar karya sastra (Abrams, 1981: 189).
Di dalam puisi ini, penyair ingin melayarproyeksikan kehidupan saat ini dengan apa yang penyair rasakan. Kehidupan saat ini dipenuhi oleh manusia-manusia yang kurang bersyukur dan selalu merasa kurang dengan anugerah yang telah Tuhan limpahkan pada mereka. Sehingga banyak sekali korupsi yang terjadi di negeri ini, karena mereka kurang bersyukur dengan apa yang telah mereka dapatkan. Orang yang sudah kaya tetap merasa belum kaya, mereka tidak melihat di sekeliling mereka seperti orang-orang fakir miskin.
Penyair mengimbau kita untuk sejenak melihat alam sekitar, melihat betapa besar kekuasaan dan keindahan Tuhan yang diberikanNya pada kita di dunia ini. Lihat betapa luasnya lautan, birunya samudra, burung-burung berkicau pagi hari. Mengapa pagi hari? Karena di pagi hari, suasana lebih khidmat untuk memandang dan merasakan kebesaran-Nya. Di pagi hari pula kita akan mengawali hari kita dengan awal niat yang baik. Di pagi hari pula kita masih bisa menikmati hari ini dan menjadikan hari kemarin sebagai pelajaran hidup untuk jadi lebih baik. Maka di pagi hari hendaknya kita selalu bersyukur kita masih diberikan Allah kesempatan untuk bernapas dan menjalani hari-hari berikutnya. Maka penyair memberikan pesan pada kita sejenak berdiam diri menikmati anugerah Ilahi di pagi hari.
Lihatlah keindahan pagi hari, maka kita akan merasa betapa Tuhan menyayangi kita dengan kasih sayang dan rasa cinta yang teramat luas. Tapi terkadang itu yang kita lupakan, kita hanya memikirkan diri sendiri. Padahal Allah begitu nyata ada di dekat kita, bahkan di urat nadi kita jika kita merasakanNya. Dengan bersyukur, maka kita akan selalu merasa damai dan bahagia.
III. PENDEKATAN PRAGMATIK
Pendekatan pragmatik adalah pendekatan kajian sastra yang menitikberatkan kajiannya terhadap peranan pembaca dalam menerima, memahami, dan menghayati karya sastra. Pembaca memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan sebuah karya merupakan karya sastra atau bukan.
Horatius dalam art poetica menyatakan bahwa tujuan penyair ialah berguna atau memberi nikmat, ataupun sekaligus memberikan manfaat dalam kehidupan. Dari pendapat inilah dimulai pendekatan pragmatik. Dikutip dari Wahyudi Siswanto, 2008: 181-191).
1. Nilai Didik Moral:
- Kesetiaan kita untuk selalu bersyukur kepada Allah SWT.
- Kita hendaknya selalu rendah hati karena apa yang kita miliki adalah pemberian Allah dan kita tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan semua ciptaan Allah yang ada di sekeliling kita, ini merupakan bentuk kebesaran Allah.
2. Nilai Didik Religius:
- Puisi di atas mengandung nilai rasa cinta penyair (untuk kita juga) pada Tuhan yang Maha Esa ditunjukkan dengan menggambarkan dia selalu bersyukur pada pagi hari yang masih bisa dia temui.
3. Nilai Didik Sosial:
- Hendaknya kita juga selalu menjaga lingkungan sekitar dan menjaga keharmonisan hubungan sosial dengan orang-orang sekitar.
- Dengan menjaga lingkungan, maka tetap akan ada pagi dengan langit biru dan ladang hijau di bumi ini.
4. Nilai Didik Estetis:
(sudah dijelaskan pada pendekatan objektif)
5. Nilai Didik Psikologis:
- Puisi di atas juga menginspirasi kita untuk selalu bersyukur atas karunia yang Allah berikan pada kita.
6. Nilai Didik Filosofis:
- Cinta Tuhan pada kita dapat kita lihat dengan semua ciptaan-Nya yang ada di bumi.
7. Nilai Didik Budaya:
- Hendaknya kita selalu membudayakan menjaga lingkungan sekitar kita, karena budaya diawali dari keterpaksaan, yang menjadi kebiasaan, sehingga menjadi budaya kita.
IV. PENDEKATAN EKSPRESIF
Pendekatan ekspresif adalah pendekatan dalam kajian sastra yang menitikberatkan kajianya pada ekspresi perasaan atau tempramen penulis (Abrams, 1981: 189).
Informasi tentang penulis memiliki peranan yang sangat penting dalam kajian dan apresiasi sastra.
Puisi di atas adalah puisi yang ditulis oleh Suksmawan Yant Mujiyanto yang saat ini bekerja sebagai dosen di PBS FKI UNS. Dalam berkarya, penyair memiliki ciri khas yang dapat dilihat dari karya-karyanya. Puisi di atas merupakan sebuah puisi yang bersifat sufistik. Dari kata-kata yang tercipta di dalam puisi, dapat menggambarkan penyair sangat halus dan lembut, penyair begitu cinta dan sayang pada Tuhan dengan puisinya. Puisi ini ditulis untuk menggambarkan emosi penyair, yaitu hubungan penyair dengan Tuhan. Bahasanya yang sederhana tapi indah membuat pembacanya juga ikut merasakan apa yang dirasakan penyair.
Penyair berusaha menggambarkan betapa indahnya alam pagi hari yang diberikan Tuhan untuknya. Begitu indah penyair menggambarkan pemandangan alam, seperti burung berkicau, ladang-ladang dan sawah-sawah yang hijau, langit biru yang indah, gemericik air yang merdu. Semua itu begitu indah di dalam puisi ini. Menggambarkan keindahan yang mewakili betapa penyair sangat bersyukur pada Tuhan.
PUISI II
OBSESI HATI
Suksmawan Yant Mujiyanto
Hadir dan mengalir
Seperti air
Luas dan terbuka
Bagaikan cakrawala
Ibarat bintang-bintang
Menjadi sang mentari menyinari bumi
Lembut menyejukkan tiupan angin sepoi
Harum semerbak aneka kembang
Elok bermekaran memperindah kehidupan
ANALISIS PUISI MELALUI PENDEKATAN M.H. ABRAMS
I. PENDEKATAN OBJEKTIF
1. Tipografi
Puisi di atas memiliki tipografi yang teratur dengan baris dan bait yang tidak sama karena kata-katanya disusun tidak secara acak meskipun rima, baris tiap bait tidak sama. Tipografi puisi di atas di tulis dengan format center yang menjadi ciri khas penyair, makna tipografi ini mungkin adalah terpusat pada tengah-tengah keinginan penyair.
2. Kata-kata Konkret dan Diksi
Kata-kata yang ada di dalam puisi di atas cukup sederhana dan mudah dipahami. Namun ada beberapa diksi yang terdapat di dalam puisi di atas dan itu bertujuan untuk memberikan rasa indah pada puisi tersebut. Hal ini ditunjukkan pada.
Bait pertama:
Luas dan terbuka
Bagaikan cakrawala
Ibarat bintang-bintang
Untuk bersujud kepada-Mu
Bait kedua:
Menjadi sang mentari menyinari bumi
Harum semerbak aneka kembang
3. Bahasa Figuratif (Bahasa Kiasan dan Bahasa Retorik)
a. Bahasa Kiasan
o Metafora:
o Perbandingan:
- Seperti air
- Bagaikan cakrawala
- Ibarat bintang-bintang
b. Bahasa Retorik
o Hiperbola:
- Elok bermekaran memperindah kehidupan
4. Verifikasi: Rima, Ritme, dan Metrum
OBSESI HATI
Hadir dan mengalir
Seperti air
Luas dan terbuka
Bagaikan cakrawala
Ibarat bintang-bintang
Menjadi sang mentari menyinari bumi
Lembut menyejukkan tiupan angin sepoi
Harum semerbak aneka kembang
Elok bermekaran memperindah kehidupan
Keterangan:
a. Tulisan yang digarisbawahi adalah kata yang mengandung rima.
b. Tulisan yang dicetak tebal adalah kata yang mengandung ritme.
c. Tulisan yang dicetak miring adalah kata yang mengandung metrum.
5. Imajeri
a. Penglihatan:
- Hadir dan mengalir, Seperti air
- Bersinar cemerlang
- Menyinari bumi
- Elok bermekaran memperindah kehidupan
b. Pendengaran: tidak ada.
c. Perasaan:
- Lembut menyejukkan tiupan angin sepoi
- Harum semerbak aneka kembang (penciuman)
6. Perasaan (feeling), Tema, dan Amanat
a. Perasaan:
Di dalam puisi ini, menggambarkan perasaan penyair yang memiliki obsesi atau impian di dalam hati. Ia ingin berguna bagi orang-orang di sekitarnya. Penyair mengibaratkannya seperti air yang selalu ada, dan seperti bintang yang ingin menjadi sinar di kala gelap, dan seperti mentari yang menyinari bumi.
b. Tema: puisi di atas bertemakan mimpi atau cita-cita seseorang agar berguna bagi sesama.
c. Amanat:
- Orang yang baik adalah orang yang berguna bagi sekitarnya.
- Jangan takut untuk memiliki impian, karena dengan impian itu kita akan berusaha untuk menggapainya.
II. PENDEKATAN MIMETIK
Pendekatan mimetik adalah pendekatan kajian sastra yang menitik beratkan kajianya terhadap hubungan karya sastra dengan kenyataan di luar karya sastra (Abrams, 1981: 189).
Puisi di atas menggambarkan obsesi atau mimpi yang dimiliki penyair, yaitu ia ingin seperti air yang selalu ada dan mengalir mengikuti kehidupan, bagai cakrawala yag berpengetahuan luas, sehingga ia memiliki otak yang tajam da encer, dan bagai bintang langit yang menerangi gelap malam, ia pun ingin menerangi setiap orang yang ada di sekitarnya.
Penyair pun ingin seperti mentari yang menyinari bumi dan memberi kehangatan pada setiap orang yang ada di dekatnya. Agak berlebihan memang, tapi setiap orang memang harus memiliki mimpi. Karena dengan mimpi, kita akan berusaha dengan keras dan berdoa dengan khusyuk pada Tuhan.
Jika setiap orang tidak memiliki mimpi, maka hidupnya akan terasa hampa. Ini juga yang ingin disampaikan penyair pada pembaca. Lihat saja, orang yang telah memiliki gelar sarjana tetapi merasa dia tidak bisa berbuat banyak bagi lingkungan sekitarnya, karena dia sudah tidak memiliki obsesi pada saat dia masih studi. Dia tidak merancang mimpinya untuk merajut masa depannya, maka ya akhirnya hidupnya hampa. Bandingkan saja dengan mereka yang sudah memiliki obsesi akan seperti apa mereka merencanakan masa depannya, mereka akan lebih sistematis dan lebih bersiap untuk menghadapi masa depannya. Ini karena obsesi atau mimpi yang mereka rancang di dalam hati.
III. PENDEKATAN PRAGMATIK
Pendekatan pragmatik adalah pendekatan kajian sastra yang menitikberatkan kajiannya terhadap peranan pembaca dalam menerima, memahami, dan menghayati karya sastra. Pembaca memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan sebuah karya merupakan karya sastra atau bukan.
Horatius dalam art poetica menyatakan bahwa tujuan penyair ialah berguna atau memberi nikmat, ataupun sekaligus memberikan manfaat dalam kehidupan. Dari pendapat inilah dimulai pendekatan pragmatik.
Dikutip dari Wahyudi Siswanto, 2008: 181-191).
1. Nilai Didik Moral:
- Kita hendaknya selalu rendah hati pada sesama agar orang lain pun merasa nyaman ada di dekat kita.
- Kita tidak boleh sombong jika ingin berguna bagi sekitar
2. Nilai Didik Religius:
- Hendaknya kita selalu saling menyayangi dan berguna bagi orang lain, karena Tuhan menciptakan kita untuk saling melengkapi, sehingga hidup kita akan lebih indah.
3. Nilai Didik Sosial:
- Hendaknya kita menjadi individu yang bermanfaat bagi sesama.
- Karena kita makhluk sosial yang tidak bisa hidup wajar tanpa bantuan orang lain, maka kita adalah makhluk yang saling membutuhkan.
4. Nilai Didik Estetis:
- (sudah dijelaskan pada pendekatan objektif)
5. Nilai Didik Psikologis:
- Puisi di atas juga memberikan motivasi pada kita agar kita jangan takut untuk bermimpi dan berobsesi, karena tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini.
6. Nilai Didik Filosofis:
- Cinta pada sesama dapat diwujudkan dengan menanam sikap dan tekad agar hidup kita berguna bagi orang lain dan mengerti hakikat hidup, yaitu membuat hidup lebih indah.
7. Nilai Didik Politis: tidak terdapat nilai politis.
8. Nilai Didik Budaya: tidak terdapat nilai budaya.
IV. PENDEKATAN EKSPRESIF
Pendekatan ekspresif adalah pendekatan dalam kajian sastra yang menitikberatkan kajianya pada ekspresi perasaan atau tempramen penulis (Abrams, 1981: 189). Dengan memahami latar belakang penulis, kita juga dapat mengetahui apa yang ditulisnya, begitu sebaliknya. Dari karyanya, kita dapat mengetahui latar belakang sosial penyair.
Dari puisi di atas, dapat tergambarkan bahwa penyair adalah sosok yang berobsesi tinggi. Dapat dilihati dari keinginannya untuk menjadikan hidupnya lebih bahagia. Penyair memahami benar ingin berguna bagi sekitarnya adalah salah satu jalan untuk memperindah kehidupannya. Kita tidak sendirian di dunia ini. Di sekitar kita adalah orang-orang yang membutuhkan kita, sebaliknya kita juga membutuhkan mereka. Alangkah hidup akan lebih indah juka kita yang berbeda saling berdampingan menjalani kehidupan. Obsesi lain penyair menggambarkan penyair memiliki angan atau mimpi yang tinggi, yaitu ingin memiliki pengetahuan yang luas seperti cakrawala. Ia ingin memiliki pengetahuan yang dapat berguna bagi dia dan orang lain.
Selain itu, dapat dilihat dalam puisi, penyair adalah orang yang memiliki kasih sayang yang tinggi pada sesama. Penyair ingin berguna bagi orang lain, ini adalah bukti bahwa penyair adalah seorang yang penyayang dan lembut. Dari lirik puisinya: Menjadi sang mentari menyinari bumiLembut menyejukkan tiupan angin sepoi, menggambarkan penyair adalah sosok yang hangat dan lembut, sehingga ia ingin orang lain yang ada di sekitarnya merasa nyaman apabila dekat dengannya.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar